Dampak Donald Trump Jadi Presiden: Biaya di AS Bisa Melonjak

Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) yang akan datang membawa sejumlah prediksi mengenai dampak ekonomi bagi negara tersebut, salah satunya adalah potensi lonjakan biaya hidup yang bisa terjadi jika Donald Trump kembali terpilih sebagai presiden. Trump, yang pernah menjabat sebagai presiden AS dari 2017 hingga 2021, dikenal dengan kebijakan-kebijakan kontroversialnya yang berfokus pada pemotongan pajak, pengurangan regulasi, serta kebijakan luar negeri yang lebih proteksionis. Namun, meskipun kebijakan-kebijakan tersebut berupaya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi jangka pendek, ada kekhawatiran bahwa biaya hidup di AS akan semakin tinggi jika Trump kembali menjabat.

Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa biaya di AS bisa melonjak jika Donald Trump terpilih kembali menjadi presiden.

1. Peningkatan Pengeluaran Militer

Salah satu kebijakan yang diprioritaskan oleh Trump selama masa jabatannya adalah penguatan sektor pertahanan dan militer. Di bawah kepemimpinan Trump, anggaran militer AS mengalami peningkatan signifikan. Jika Trump kembali terpilih, diperkirakan pengeluaran untuk sektor ini akan kembali melonjak, mengingat Trump telah mengungkapkan niatnya untuk terus memperkuat kekuatan militer AS.

Peningkatan anggaran militer ini kemungkinan akan membebani anggaran federal yang sudah defisit, yang pada gilirannya bisa menyebabkan kenaikan pajak bagi masyarakat atau pemotongan anggaran untuk program-program domestik lainnya. Kenaikan pajak atau pengurangan anggaran sosial ini bisa berujung pada biaya hidup yang lebih tinggi, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah yang paling terdampak oleh perubahan anggaran tersebut.

2. Penerapan Tarif Impor yang Lebih Tinggi (Kebijakan Perdagangan Proteksionis)

Salah satu kebijakan yang paling dikenal dari pemerintahan Trump adalah kebijakan proteksionisme dalam perdagangan internasional. Trump mengimplementasikan tarif impor yang tinggi untuk sejumlah barang dari negara-negara seperti China, Eropa, dan negara-negara lain. Meskipun kebijakan ini bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri AS, dampaknya terhadap biaya barang dan jasa dapat sangat besar.

Jika Trump kembali menerapkan tarif impor yang tinggi, biaya produksi barang yang diimpor dari luar negeri kemungkinan akan meningkat. Hal ini dapat mempengaruhi harga barang-barang konsumsi, mulai dari elektronik hingga barang rumah tangga, yang pada akhirnya akan membebani masyarakat dengan biaya yang lebih tinggi. Selain itu, perusahaan-perusahaan yang mengimpor bahan baku atau produk setengah jadi dari luar negeri mungkin akan menghadapi lonjakan biaya produksi yang akan diteruskan ke konsumen.

3. Pemberlakuan Kebijakan Pajak yang Menguntungkan bagi Orang Kaya

Selama masa kepresidenannya, Trump berhasil menyetujui pemotongan pajak besar-besaran untuk perusahaan besar dan individu kaya. Kebijakan ini dikenal sebagai “Tax Cuts and Jobs Act” yang disahkan pada akhir 2017. Meskipun kebijakan ini mendapatkan dukungan dari kalangan bisnis dan investor, banyak yang mengkritik kebijakan ini karena dianggap memperburuk ketimpangan sosial dan tidak memberikan dampak signifikan bagi kelas menengah ke bawah.

Jika Trump kembali terpilih, ada kemungkinan bahwa ia akan melanjutkan kebijakan pemotongan pajak bagi kalangan atas. Ini dapat memperburuk ketimpangan ekonomi dan meningkatkan tekanan pada anggaran negara. Sumber daya yang seharusnya digunakan untuk program sosial dan infrastruktur bisa saja dialihkan untuk memenuhi kebijakan pemotongan pajak yang lebih menguntungkan bagi orang kaya. Hal ini bisa meningkatkan ketidaksetaraan ekonomi dan meningkatkan biaya hidup bagi masyarakat yang lebih miskin, karena mereka lebih banyak bergantung pada bantuan negara.

4. Kebijakan Energi yang Tidak Ramah Lingkungan

Trump dikenal dengan kebijakan energi yang lebih mengutamakan penggunaan sumber daya alam domestik, seperti batu bara dan minyak, daripada investasi dalam energi terbarukan. Selain itu, Trump juga menarik AS dari Perjanjian Paris tentang perubahan iklim dan mengurangi regulasi terkait emisi gas rumah kaca yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan.

Kebijakan ini berpotensi mengarah pada peningkatan harga energi, karena ketergantungan pada sumber daya alam yang lebih polutan dan kurang efisien dibandingkan energi terbarukan. Kenaikan harga energi dapat meningkatkan biaya hidup bagi warga AS, terutama dalam hal biaya transportasi dan tagihan energi rumah tangga. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan energi yang tidak ramah lingkungan juga dapat menambah volatilitas pasar energi dan meningkatkan ketidakstabilan harga bahan bakar.

5. Pengurangan Program Sosial dan Kesejahteraan

Salah satu bagian dari kebijakan Trump yang paling banyak menuai kritik adalah pengurangan program-program kesejahteraan sosial, seperti layanan kesehatan dan bantuan sosial. Trump berusaha untuk mengurangi anggaran program-program ini selama masa jabatannya, dan ada kekhawatiran bahwa kebijakan serupa akan dilanjutkan jika ia kembali terpilih.

Pengurangan anggaran untuk program sosial seperti Medicaid atau bantuan pendidikan dapat meningkatkan biaya hidup bagi masyarakat yang mengandalkan bantuan negara untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Peningkatan biaya kesehatan dan pendidikan yang tidak terjangkau juga dapat menambah tekanan pada anggaran keluarga, terutama bagi kelas pekerja dan mereka yang tidak memiliki asuransi kesehatan yang memadai.

6. Peningkatan Utang Nasional

Selama masa pemerintahannya, Trump meningkatkan defisit anggaran dengan kebijakan pemotongan pajak yang besar-besaran dan pengeluaran yang lebih tinggi, termasuk untuk sektor militer. Jika hal ini berlanjut, utang nasional AS bisa meningkat lebih lanjut, yang pada akhirnya dapat mendorong pemerintah untuk menaikkan pajak atau memotong anggaran sosial.

Peningkatan utang nasional juga berpotensi menyebabkan inflasi, yang akan berdampak pada peningkatan harga barang dan jasa. Biaya hidup bisa meningkat seiring dengan tekanan inflasi yang dihasilkan dari kebijakan fiskal yang longgar dan peningkatan utang negara.

Kesimpulan

Meskipun kebijakan-kebijakan ekonomi Trump sering dipuji oleh sebagian kalangan karena dirancang untuk merangsang pertumbuhan ekonomi jangka pendek, ada risiko besar bahwa biaya hidup di AS bisa meningkat secara signifikan jika ia kembali terpilih sebagai presiden. Kebijakan seperti tarif impor yang lebih tinggi, pemotongan pajak untuk kalangan atas, dan pengeluaran militer yang besar dapat mengarah pada lonjakan biaya bagi masyarakat.

Selain itu, pengurangan anggaran untuk program sosial, serta kebijakan energi yang kurang ramah lingkungan, juga dapat mempengaruhi daya beli dan kualitas hidup masyarakat AS. Masyarakat akan menghadapi biaya yang lebih tinggi di banyak sektor, termasuk energi, kesehatan, pendidikan, dan barang konsumsi, yang dapat memperburuk ketimpangan ekonomi di negara tersebut.